Hijab Tak Berarti Identik dengan Keshalehannya
Akhir
zaman ditandai dengan makin besar peran wanita dalam kehidupan politik dan sosial
ekonomi. Namun sayangnya peran wanita dalam keluarga makin menipis, sementara
kehadiran wanita shalihah menjadi langka meskipun wanita berhijab makin banayak
tak berarti identik dengan kesolehannya. Lalu ada apa dengan hijab pada akhir
zaman ini.
Alhamdulillah
saat ini tak sulit menemukan wanita berbusana muslimah, bahkan para remaja
tidak mau ketinggalan ikut bergaya dengan jilbabnya hingga anak-anak kecil pun
dipernak oleh ibu-ibunya dengan jilbab yang lucu. Jilbab sudah menjadi tren
mode yang tak kalah dengan mode barang, sayangnya masih ada jilbab sekedar mode
tanpa mengindahkan batasan sari’ah.
Apa Yang Di Maksud Hijab?
Jilbab
lebih sering diartikan sebagai kain penutup rambut wanita yang lebih cocok
berfungsi sebagai kerudung, bahkan sebagian kerudung masih memperlihatkan
bagian rambut depan, ada juga kerudung yang diikat dileher tidak menjulur hingga
dada. Sebenarnya jika di telusur ada jilbab berasal dari Al Qur’an:
“Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka...” (QS. Al Ahzab :59).
Jadi
jilbab adalah pakaian yang lebar, longgar dan menutupi seluruh bagian tubuh
sebagai mana yang telah disebutkan diatas, jilbab adalah pakaian yang menutupi
seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
Lalu
apa yang dimaksud dengan hijab? Meskipun bermakna lebih umum dalam praktik
sehari-hari, hijab tak jauh berbeda dengan jilbab. Saat ini kata hijab lebih tren
digunakan untuk memaknai pakaian wanita yang sudah memenuhi syari’at islam
dikenal dengan istilah hijab syar’i.
Sayangnya,
baik hijab maupun jilbab masih dipahami secara sempit seperti kerudung. Hingga
berbagai mode pun bermunculan hanya sebagai kain penutup rambut wanita dan
sebagian tidak mengikuti syari’at. Misalnya leher dibiarkan terbuka atau bagian
dada tidak tertutup jilbab sedangkan pakaiannya terlihat ketat menerawang
hingga mengikuti lekuk tubuh wanita.
Mode
busana ini sudah diingatkan oleh baginda Rasulullah saw, karena wanita yang
mengenakannya akan menjadi penghuni neraka
“Ada dua golongan dari
penduduk neraka yang belum pernah aku lihat. Suatu kaum yang memiliki cambuk
seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tapi
telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring.
Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya,
walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim).
Pendapat Para Ulama Makna Hadis Di Atas
Untuk
memahami makna hadis ini, mari kita simak pendapat para ulama.
Imam
An Nawawi Rohimakumullah dalam sarahnya atas kitab shahih muslim berkata Hadis
ini merupakan salah satu mukjizat Rasulullah saw, apa yang telah beliau paparkan
kini telah terjadi.
Yang
dimaksud berpakaian tapi telanjang memiliki beberapa sisi pengertian.
Orang
yang diberi nikmat oleh Allah ta’ala tapi tidak bersyukur kepadanya.
Orang
jauh dari perbuatan baik dan tidak memperhatikan akhirat serta menjaga ketaatannya
kepada Allah.
Aurat
yang menyingkap sebagian tubuhnya untuk memperlihatkan keindahannya. Mereka
itulah wanita yang berpakaian tapi telanjang
Orang
yang menggunakan pakaian tipis, sehingga menampakan bagian dalamnya.
Inilah
ciri-ciri yang sudah terlihat saat ini. Banyak wanita pada akhir zaman kini
yang menggunakan jilbab tapi masih mengundang sahwat kaum pria karena pakaian
yang ketat hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya.
“Berlenggak-lenggok Ketika Berjalan Sambil
Mengoyang-goyangkan Pundak”
meskipun
menggunakan hijab, ia masih berprilaku diluar syari’at. Misalnya menggoda
laki-laki mulai dari gaya bicaranya maupun penampilannya. Ia menggunakan
perhiasannya untuk menarik lawan jenis. Berlenggak-lenggok seperti model yang
berjalan diatas catwalk meskipun menggunakan hijab tentu saja menyalahi
syari’at, karena dalam hatinya tersirat motif untuk pamer diri dan memancing
sahwat kaum laki-laki.
“Kepala-kepala
Mereka Seperti Punuk-punuk Unta”.
Begitu
yang disebutkan hadis Nabi. Sering ditafsirkan dengan gaya berjilbab saat ini
yang menjadikan kepala mereka tampak besar dengan menggunakan kain kerudunng
atau slempang yang digulung diatas kepala hingga mirip punuk-punuk unta. Karena
itulah, mode hijab tertentu sering
dikaitkan dengan hadis Nabi ini, namun sebagian ulama memahami kata “MA ILA”
dalam hadis itu adalah yang menyisir rambutnya dengan gaya condong keatas,
yaitu model para pelacur yang dikenal pada masa itu.
Al
Basiri berpendapat makna kata itu adalah wanita yang sangat bernafsu untuk
melihat laki-laki dan tidak menundukan kepala dan pandangan mereka. Sedangkan
Al Qowi menafsirkannya wanita yang melilit dan mengikatnya ke atas kemudian
menyatukannya diatas kepala sehingga sama seperti punuk-punuk unta. Saking
tingginya hingga berlenggak-lenggok kekiri dan kekanan.
Batasan Aurat Wanita Sudah Dijelaskan Dalam
Syari’at Islam.
Allah
menciptakan wanita tidak sama dengan laki-laki baik postur tubuhnya maupun
kondisi kejiwaan, karena mengandung hikmah dan kemaslahatan.
Laki-laki
diberi amanah sebagai pemimpin keluarga, sedangkan wanita dicipitakan untuk
mengandung dan melahirkan anak. Allah ta’ala mewajibkan wanita untuk berhijab
untuk menjaga kemuliaan dan ketaqwaannya.
Yang
dimaksud dengan hijab syar’i tidaklah yang berkaitan dengan mode tertentu, tapi
yang terpenting memenuhi persyaratan yang telah digariskan oleh syari’at.
Antara lain:
Menutup
seluruh tubuh kecuali bagian yang boleh dinampakkan, yaitu wajah dan telapak
tangan.
Busana yang Dikenakan Seorang Wanita Muslimah
Tidak Transparan dan Tidak Tipis Sehingga Membentuk Lekuk Tubuh.
Usamah
bin said pernah berkata:
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi Wa sallam bertanya kepadaku. ‘Mengapa engkau tidak
mengenakan baju Qubthiyah yang telah kuberikan?’ ‘Aku memberikannya kepada
istriku.’ Jawabku. Maka beliau berpesan. ‘Perintahkanlah istrimu agar memakai
pakaian bagian dalam sebelum mengenakan baju Qubthiyah itu. Aku khawatir baju
itu akan menggambarkan lekuk tubuhnya.’” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).
Seorang Wanita Muslimah Dilarang Menggunakan Wewangian Ketika Keluar Rumah.
Berdasarkan
sabda Nabi antara lain hadis dari Abu Hurairah r.a:
“Seorang wanita
melintas di hadapan Abu Hurairah dan aroma wewangian yang dikenakan wanita
tersebut tercium olehnya. Abu Hurairah pun bertanya, ‘Hai hamba wanita milik
Al-Jabbar (Allah ta’ala). Apakah kamu hendak ke masjid?’ ‘benar.’ Jawabnya, Abu
Hurairah lantas bertanya lagi, ‘Apakah karena itu kamu memakai parfum?’ wanita
tersebut menjawab, ‘Benar.’ Maka Abu Hurairah berkata, ‘Pulang dan mandilah
kamu. Sungguh aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam
bersabda, ‘Allah tidak akan menerima shalat wanita yang keluar menuju masjid
sementara bau wangi tercium darinya. Hingga ia kembali ke rumahnya dan mandi.’”
(HR. Al-Baihaqi).
Larangan
ini menurut para ulama tidak hanya untuk ke masjid, juga ketika wanita keluar
rumah ke tempat lainnnya. Meskipun wanita telah mendapat izin dari suaminya.
Pakaian Yang Dikenakan Seorang Wanita Muslimah
Tidak Menyerupai Laki-Laki.
Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam
melaknat pria yang memakai pakaian wanita, dan wanita yang memakai pakaian
pria.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Ahmad).
Hijab Bersama Busana Muslim Tidak Boleh Mengundang
Sensasi Untuk Menjadi Pusat Perhatian. Misalnya Dengan Perhiasan atau Modenya.
Rasulullah
saw bersabda:
“Barangsiapa yang
memakai pakaian syuhrah di dunia, maka Allah akan memakaikan pakaian (kehinaan)
yang serupa baginya pada hari kiamat, lalu Allah akan menyulutkan api pada
pakaian itu.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Hijab
syar’i tidak identik dengan mode tertentu atau warna tertentu. Al-Hadis Ibnu
Abi Syaibah menyebutkan beberapa riwayat tentang warna-warni pakaian
istri-istri Rasulullah. Misalnya Ummu Salamah pernah mengenakan pakaian
berwarna kuning, dan beberapa istri Rasulullah juga ada yang mengenakan pakaian
merah.
Yang
dimaksud dengan Syuhrah adalah busana yang bertujuan untuk mencari popularitas
meskipun secara syar’i telah menutup aurat.
Orang yang tidak mengenakan jilbab akan lebih
mudah digoda
Jilbab
merupakan sebuah identitas keislaman kaum wanita yang telah membuktikan dirinya
menjaga kehormatanya. Orang yang tidak mengenakan jilbab akan lebih mudah
digoda, karena orang-orang akan mengira bahwa ia bukanlah wanita ‘afifat yaitu
wanita yang betul-betul menjaga diri atau kehormatannya. Wanita yang telah
mengenakan hijab berhenti pada kewajiban itu, karena masih banyak perintah
Allah swt dan Rasulnya yang harus dikerjakan dan masih banyak larangan yang
harus dijauhinya. Mengenakan hijab bukan karena tuntutan lingkungan, tapi
kewajiban syari’at untuk menutup aurat dan menjaga kehormatan serta kemuliaan
seorang wanita muslim.
Fenomena
wanita berpakaian tapi telanjang seperti yang diisyaratkan oleh Rasulullah saw
telah terbukti saat ini. Jika kita keluar rumah, jalan-jalan dipusat
perbelanjaan tidak sulit untuk menemukan wanita yang mengumbar auratnya. Wanita
berpakaian tapi telanjang menjadi ciri kital telah berada di akhir zaman,
karena wanita seseorang bisa masuk Surga sebaliknya pula seseorang bisa masuk
Neraka.
Rasulullah
saw telah mengingatkan dalam sabdanya :
“Aku tidak
meninggalkan satupun fitnah sepeninggalanku yang lebih membahayakan para lelaki
kecuali para wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan
Rasulullah pernah berkhutbah ketika terjadi gerhana matahari:
“Wahai kaum wanita,
bersedekahlah, karena aku telah melihat neraka, dan aku melihat kalian
merupakan sebagian besar penduduk neraka. Mereka bertanya “mengapa begitu Ya
Rasulullah?” Rasulullh menjawab, “Karena kalian terlalu banyak mengumpat dan
tidak berterima kasih atas kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepad
kalian.”” (HR. Bukhari Muslim).
Kiamat Tidak Akan Terjadi Sampai Orang-orang
Bersetubuh Dijalan-jalan Seperti Layaknya Keledai
Sabda
Rasulullah saw:
“Dan ingatlah
manusia-manusia yang buruk yang seenaknya saja melakukan persetubuhan seperti
keledai. Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang.” (HR. Muslim).
Fenomena
ini sebagian telah terjadi di negeri ini, para pelacur menjajakan dirinya di
jalan-jalan dan pusat keramaian, transaksi prostitusi berlangsung dijalanan,
inilah pertanda kiamat makin dekat. Tanpa rasa malu pula anak-anak remaja
berpacaran dijalanan, mereka telah mendekati perzinahan. Maraknya perzinahan
seperti dalam sabda Nabi, karena menjelang kiamat jumlah wanita akan semakin
banyak disbanding laki-laki. Banyaj laki-laki yang mati dalam peperangan,
sementara wanita tanpa suami semakin bertambah.
Nabi
saw bersabda:
“Pasti akan datang
pada manusia suatu zaman yang ketika seseorang berkeliling membawa shadaqah
emas, lalu ia tidak mendapati seseorang yang mau menerimanya. Lalu akan
terlihat satu orang laki-laki akan diikuti oleh empat puluh orang wanita, yang
mereka mencari kepuasan dengannya karena sedikitnya jumlah laki-laki dan
banyaknya wanita.” (HR. Bukhari).
Emansipasi Wanita
Akhir
abad ke-20 merupakan masa berkembangnya emansipasi wanita. Kemerdekaan wanita
yang dikampanyekan oleh barat sejatinya tidak menjadikan kaum wanita mandiri,
mereka justru menjadi budak industrialisasi. Para wanita menuntut hak-nya dalam
politik dan ekonomi, namun disisi lain mereka meninggalkan fitrah kewanitaannya
dalam rumah tangga, hingga emansipasi orang telah melahirkan manusia-manusia
yang egois, anak-anak yang hilang kontrol moral dan suami yang hilang otoritas
kepemimpinannya. Pada akhir zaman baik laki-laki atau perempuan akan berlomba
mencari nafkah. Sebagaimana diisyaratkan dalam hadis Rasulullah :
”Sesungguhnya
menjelang kiamat akan ada ucapan salam yang khusus dan perdagangan tersebar
luas sehingga seorang wanita ikut serta dengan suaminya dalam perdagangan.”
(HR. Ahmad).
Kita Hidup Di Akhir Zaman,
Sebagian
fenomena wanita yang diisyaratkan oleh Rasulullah saw sudah terjadi. Jika
pencapaian dunia segala-galanya bagi kita baik harta maupun jabatan, tak ada
nilainya ternyata. Karena Rasulullah saw bersabda:
“Dunia ini adalah
perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim).
Ada
kebahagian dunia yang sesungguhnya, yaitu semua keluarga yang dibangun diatas
syari’ah islam. Sebuah keluarga yang terdiri dari suami shalihah amanah
tugasnya sebagai pemimpin keluarga, seorang istri shalihah yang menjaga
kehormatan rumah tangganya, serta anak-anak yang sholeh keluar dari didikan dan
do’a orang tuanya.
Balasan Wanita Shalehah
Seorang
laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan diminta pertanggung
jawabannya diakhirat kelak sesuai dengan perannya, begitu pula seorang
perempuan yang menjadi istri dan ibu dari anak-anaknya. Disamping tugasnya
menjadi seorang ibu yaag melahirkan anak, Allah ta’ala angkat kehormatan
seorang wanita dengn ketaatannya terhadap suami menjadi pintu menuju surga.
Rasul
bersabda:
“Apabila seorang
wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan
taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga
dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad).
Kiamat
sudah didepan mata dikarenakan salah satunya oleh wanita yang tidak memelihara
kehormatan dirinya.
0 comments:
Post a Comment