Home » » Negeri Yaman

Negeri Yaman

Posted by Deni Apriliandi





Penduduk Terbaik Di Bumi

Dari jubair bin Muthim berkata : suatu ketika kami bersama Rasulullah di suatu jalan antara makkah dan madinah, maka berkata Rasulullah : hampir-hampir saja bangsa Yaman melebihi kalian, seakan-akan mereka seperti gumpalan awan, mereka adalah sebaik-baik penduduk bumi. (HR. Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Al-Baihaqi, dishohihkan oleh Imam Al-Albani)


Yaman merupakan salah satu Negara jazirah Arab. Letaknya berdekatan dengan Saudi Arabia. Yaman merupakan salah satu tonggak sejarah dalam perkembangan agama islam. Yaman juga sebagai Negara terluas urutan kedua setelah Saudi Arabia di bentangan jazirah Arab, posisinya yang berada di ujung jazirah menjadikan Yaman sebagai Negara yang mengambil peran vital dalam hubungan antar Negara timur. Apalagi teluk Eiden sebagai pintu masuk laut merah berada dalam wilayah Yaman. Laut yang menghubungkan antara Negara-negara Afrika utara dan Negara-negara timur tengah.



Karakter Penduduk Yaman

Secara historis, ribuan sahabat yang berasal dari Yaman tercatat indah dalam sejarah. Sebut saja Abu Hurairah, Abu Musa al-Ashari, Amar bin Yasir, Ukbah bin Amir, Jaiz bin Abdillah al-Bajali, Adi bin Hatim, dan masih banyak lagi. Karakter asli penduduknya yang lembut dan mudah menerima kebenaran menjadi salah satu factor yang membantu penyebaran islam di Yaman. Oleh sebab itu pada masa awal perkembangan islam, pergolakan dan huru-hara di Yaman terbilang lebih kecil di banding negeri Iraq, Iran, Mesir dan Syam. Mulianya Negeri Yaman ini sampai Rasulullah saw menyebutnya sebagai penduduk terbaik yang ada di muka bumi. Penduduk negeri ini juga di do’akan oleh Rasulullah saw berupa hidayah dan limpahan berkah.

Dari sahabat Zaid bin Tsabit : bahwasannya nabi mengarahkan pendangannya ke arah negeri Yaman, kemudian beliau berkata : Ya Allah jadikanlah di hati mereka kelapangan dalam menerima islam.  (HR. Tirmidzi)




Kisah Pasukan Gajah

Berbicara tentang sejarah negeri Yaman, maka kita akan menemukan nama raja Abrahah disana. Abrahah adalah seorang gubernur dari Abi Sina kekaisaran Ethiopia yang telah berhasil menaklukan dan menjadi raja Yaman. Dahulu penduduk negeri itu penganut agama Nasrani. Abrahah berkeinginan agar bangsa Arab pada saat itu untuk berhaji ke Sona’a, ibukota Yaman. Tidak lagi berhaji ke Mekkah, tempat Ka’bah berada. Untuk mewujudkan ambisinya, ia membuat sebuah gereja besar bernama Al Quraisy. Tempat ibadah ini sangat indah dan megah, namun pada akhirnya tidak ada orang yang tertarik. Justru suatu hari ada seseorang dari suku Quraisy merendahkan kedudukan bangunan ini dengan cara membuang hajatnya di bangunan itu, dia dengan sengaja mengotori dinding gereja tersebut dan kemudian melarikan diri. Emosi Abrahah tersurut atas kejadian ini, ia langsung menyusun sebuah rencana untuk menghancurkan Ka’bah.


Keesokan harinya, ribuan gajah dan prajurit yang berangkat dari Yaman menuju Mekah. Abrahah memimpin sendiri pasukan tersebut dengan menunggangi gajah yang terbesar diantara pasukan gajah, maka tibalah rombongan Abrahah didekat kota Mekah dikawasan Bukhomas. Mereka berhenti sejenak, sementara Abrahah mengutus seorang utusan untuk menemui penguasa Mekah. Saat itu pemuka Mekah adalah kakek Rasulullah saw Abdul Muthalib. Mendengar kabar pasukan didepan Mekah, Abdul Muthalib menjawab, Demi Allah, kami ingin berperang dan kami tak mempunyai kekuatan untuk melawan kalian. Akan tetapi jika Abrahah ingin menghancurkan Baitullah, lakukanlah sesuka hatinya. Namun aku yakin Allah tidak akan membiarkan rumah-Nya dihancurkan.
Cukup lama pasukan Abrahah beristirahat di Bukhomas, meski belum memasuki kota Mekkah, mereka bertindak anarkis dengan merampas banyak benda kaum Quraisy termasuk harta milik Abdul Muthalib yaitu unta sebanyak 200 ekor. Mendengar kabar tersebut, Abdul Muthaib segera menemui Abrahah untuk segera mengambil 200 ekor unta yang telah dirampas oleh pasukannya. Dan Abrahah pun menjawab, Kenapa kamu lebih mengkhawatirkan unta-untamu, sementara Ka’bah yang kami hancurkan kamu tidak khawatirkan. Abdul Muthalib menjawab, unta yang kalian rampas adalah milikku, sementara Ka’bah adalah milik Allah. Maka Allah lah yang akan menjaganya. Unta-unta itu dengan segera dikembalikan oleh Abrahah dan Abdul Muthalib pun langsung pergi menuju Mekkah. Setelah tiba di Mekkah, Abdul Muthalib mengatakan kepada warga kota Mekkah, Wahai kaumku, tinggalkanlah Mekkah, berlindunglah ke berbagai bukit yang ada. Sungguh aku melihat pasukan Abrahah yang besar dan mustahil kita lawan akan menghancurkan Ka’bah. Dengan segera penduduk kota Mekkah bersembunyi, sementara Ka’bah berdiri sendiri tidak ada seorang pun yang menjaganya. Abdul Muthalib berdo’a didepan ka’bah sebelum bersembunyi, Ya Allah, kami menyelamatkan diri kami maka lindungilah rumahmu ini.
Sementara itu pasukan Abrahah pun bergegas menuju Mekkah. Hentakn kaki gajah telah membuat penduduk Mekkah merinding ketakutan. Mereka berfikir inilah hari akhir bagi kota Mekkah. Abrahah pun memerintahkan untuk menyerang, namun tiba-tiba gajah enggan untuk melangkahkan kakinya. Mereka hanya terdiam dan enggan untuk menyerang, meski telah di cambuk sang majikan, gajah-gajah itu berbalik arah dan enggan menuju Ka’bah. Gajah-gajah itu justru hanya berputar-putar saja di lembah Muhasir. Hingga kemudian datanglah sekelompok rombongan burung dari angkasa, jumlahnya sangat banyak dan yang lebih mengerikan lagi setiap ekor burung membawa batu yang sangat panas. Burung-burung itu melepaskan batu yang sangat panas tersebut, setiap yang terkena batu itu langsung binasa. Allah swt mengabadikan kejadian ini dalam surah Al-Fil, sebuah surah yang membuktikan penjagaan ka’bah dan musuh-musuh Allah.

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhan mu bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?, Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).(QS. Al Fiil : 1-5)



Yaman dan Indonesia

Dalam kajian sejarah lain, Yaman juga mempunyai kaitan erat dengan bumi nusantara kita. Van Drij Forsel dalam bukunya “Riwayat Kepulauan Hindia Timur” menjelaskan bahwa orang-orang Arab hadrabi atau yang berasal dari Yaman datang lebih dahulu ke wilayah nusantara dibandingkan oleh orang belanda. Setidaknya saat abad ke 13 Masehi diperkirakan aktivitas penyebaran agama islam mulai dilakukan oleh pendatang dari Maghribi bangsa Arab, Asia selatan dan Negara lainnya. Para pendatang ini berasal dari kelas menengah ke atas yang hendak melakukan perdagangan dikawasan Asia selatan dan nusantara Indonesia. Perjalanan orang-orang Yaman ini dilakukan menggunakan kapal-kapal kayu. Bertolak dari pelabuhan al-Mungkala atau al-Shir, mereka kemudian berlayar hingga ke Malabar, Hindia selatan. Hingga pada akhirnya, sebagian besar pendatang di Sumatera, sehingga tidak heran di Sumatera seperti Aceh, Deli dan Pelembang terdapat warga keturunan Arab yang cukup banyak. Sedangkan sebagian rombongan lain meneruskan perjalanan ke tempat yang lebih jauh seperti Kalimantan, Jawa dan Sulawesi.


Masuknya kaum Arab Hadrabi ke nusantara dalam jumlah cukup besar terjadi dalam dua gelombang. Gelombang pertama pada abad ke 13-15 Masehi. Orang-orang Arab Yaman yang datang pada periode ini kebanyakan laki-laki, kemudian menikahi wanita-wanita setempat dan mempunyai keturunan yang sangat banyak. Sedangkan gelombang kedua, orang arab Yaman datang pada abad ke 17 sampai awal abad ke 20. Berbeda dengan generasi sebelumnya, yang kedua ini, dari keluarga laki-laki dan perempuan datang untuk berdagang dan mencari tempat tinggal baru, sehingga banyak keturunan arab yang ada di Indonesia sebagian besar berasal dari Negara Yaman. Di Indonesia sejak zaman dahulu telah banyak keturunan Arab yang menjadi pejuang, ulama dan juru dakwah. Diantara para pejuang agama yang menonjol adalah Wali Songo, diduga kuat mereka adalah keturunan arab Yaman. Maka tidak aneh kalau Indonesia dan Yaman punya sebuah kedekatan sejarah yang kuat. Dan sejarah mencatat orang-orang arab Yaman adalah pelopor awal dalam penyebaran agama islam baik dipulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan wilayah yang lainnya.



Yaman Sekarang Tak Seindah Zaman Rasulullah dan Era Penyebaran Islam Nusantara Dahulu Kala

Sejak tahun 1990 dan pasca bersatunya Yaman utara dan Yaman selatan, kita menyaksikan bahwa krisis dan perang saudara menjadi makanan tiap hari. Sekitar 42% dari populasi penduduk Yaman bermadzhab Syiah dan 58% penduduknya bermadzhab ahlusunnah atau islam suni. Ali Abdullah Shaleh adalah presiden Yaman utara selama 12 tahun, dan sejak tahun 1990 ketika Yaman utara dan selatan bersatu, ia terpilih kembali menjadi presiden Yaman bersatu selama 33 tahunan. Abdurrabu Mansur adalah presiden setelah Ali Abdullah Shaleh yang mulai memerintah pada tahun 2012 menggantikan presiden sebelumnya. Abdurrabu Mansur pernah memperingatkan bahwa Negara Yaman sedang menuju perang saudara yang lebih dahsyat. Padahal kalau kita lihat dalam sejarah, dalam beberapa hadis nabi dijelaskan berbagai karakter orang-orang Arab Yaman. Mereka adalah orang yang banyak memiliki keistimewaan dari Allah dan Rasulnya, mereka juga memiliki karakter yang lemah lembut. Bahkan Yaman bisa dibilang sebagai negara gudangnya ilmu, sehingga tidak heran kalau negeri ini banyak keistimewannya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

Dari Abu Hurairah beliau berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: penduduk negeri Yaman telah datang kepada kalian, mereka adalah orang-orang yang paling lembut hatinya. Iman itu ada pada yaman, dan hikmah ada pada yaman. (HR. Bukhari-Muslim)



Apakah Konflik Di Yaman Saat Ini Merupakan Skenario Akhir Zaman?

Rasulullah saw telah mengabarkan bahwa pejuang islam akan muncul di negeri Yaman. Satu pasukan tentara terbaik yang akan memberikan kemenangan umat islam di akhir zaman. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadis bahwa Rasulullah saw bersabda:

Dari Abdullah bin Abbas, Rasulullah saw bersabda: “Akan muncul dari Aden Abyan, 12.000 orang yang menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka adalah sebaik-baik orang diantaraku dan mereka.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani).


12000 tentara Yaman yang di nubuatkan Rasulullah saw adalah sebagai tanda akan terjadinya kiamat. Sebagaimana Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa dari sanalah akan muncul pasukan Aden Abyan yang akan menolong Allah dan Rasulnya, yang akan menjadi orang-orang terbaik diantara zamanku dan zamannyn. Dan dipertegas lagi dalam hadis yang lainnya.

Rasulullah saw bersabda:
“Pada akhirnya umat islam akan menjadi tiga pasukan perang: satu pasukan di Syam (Syiria, Libanon, Yordania, dan Palestina), satu pasukan di Yaman, dan satu pasukan lagi di Irak. Ibnu Hawalah bertanya: ‘Wahai Rasulullah pilihkan untukku jika aku mengalaminya’. Nabi SAW bersabda: “Hendaklah kalian memilih Syam, Karena ia adalah pilihan Allah, yang Allah kumpulkan disana hamba-hamba pilihannya. Jika tidak bisa, hendaklah kalian memilih Yaman dan berilah minum (hewan kalian) dari perigi-periginya, Karena Allah menjamin untukku negeri Syam dan penduduknya.”


Bersamaan dengan tanda-tanda akhir zaman, selain tentara yang muncul dari negeri Yaman ada satu tanda lagi yaitu api yang muncul di Hijaz yang cahayanya akan menerangi sampai ke Basroh atau sebuah bukit di dekat kota Mekkah. Hijaz adalah daerah yang di kota suci Madinah yang jaraknya 6 jam berkendara mobil dari kota Mekkah. Kabar ini tentunya menyeramkan. Namun sudah selayaknya bagi kita kaum muslimin untuk percaya bahwa itu adalah sebuah tanda kebesaran Allah dan sudah menjadi ketetapannya.

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan terjadi hari kiamat sampai api keluar dari tanah Hijaz yang menerangi leher-leher unta di Bashra.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Tercatat dalam sejarah bahwa api ini telah muncul pada pertengahan abad ke 7 Hijriah, tepatnya pada tahun 654 Hijriah. Api tersebut sangat besar dan para ulama yang hidup pada masa itu banyak yang mengomentari sifat api tersebut.
Imam An-Nawawi berkata, Pada masa kami, api itu muncul di Madinah pada tahun 654 H. Api tersebut sangat besar, muncul dari arah timur Madinah dibelakang al-Harah. Ibnu Qasir menukir lebih dari satu orang dikalangan orang Bashra bahwa mereka dapat melihat leher-leher unta dengan cahaya api yang muncul di tanah Hijaz. Sedangkan ibnu Hajar berkata, Dan yang Nampak bagiku kebenarannya tentang api di hijaz, bahwa api yang disebutkan adalah api yang Nampak dipinggiran kota Madinah. Jika dilihat, peristiwa ini lebih kepada fenomena vulkanik, yaitu gunung meletus. Namun apapun bentuknya, peristiwa munculnya api di Hijaz telah membuktikan sekaligus membuka mata kita bahwa apa saja yang disampaikan Rasulullah saw adalah benar dan nyata, Karena Rasulullah saw tidak berbicara berdasarkan hawa nafsunya, melainkan dengan wahyu yang datang langsung dari Allah swt. Wallahu’alam.



Setiap negeri yang diciptakan Allah swt selalu ada keberkahan didalamnya, seandainya penduduk negeri itu beriman dan senantiasa menjaga kuat keimanannya kepada Allah dan Rasulnya. Semoga Allah senantiasa membimbing kita kepada jalan yang lurus dan jalan yang diridhainya.


0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.