Penduduk Terbaik Di Bumi
Dari jubair bin
Muthim berkata : suatu ketika kami bersama Rasulullah di suatu jalan antara
makkah dan madinah, maka berkata Rasulullah : hampir-hampir saja bangsa Yaman
melebihi kalian, seakan-akan mereka seperti gumpalan awan, mereka adalah
sebaik-baik penduduk bumi. (HR. Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Al-Baihaqi,
dishohihkan oleh Imam Al-Albani)
Yaman
merupakan salah satu Negara jazirah Arab. Letaknya berdekatan dengan Saudi
Arabia. Yaman merupakan salah satu tonggak sejarah dalam perkembangan agama
islam. Yaman juga sebagai Negara terluas urutan kedua setelah Saudi Arabia di
bentangan jazirah Arab, posisinya yang berada di ujung jazirah menjadikan Yaman
sebagai Negara yang mengambil peran vital dalam hubungan antar Negara timur.
Apalagi teluk Eiden sebagai pintu masuk laut merah berada dalam wilayah Yaman.
Laut yang menghubungkan antara Negara-negara Afrika utara dan Negara-negara
timur tengah.
Karakter Penduduk Yaman
Secara
historis, ribuan sahabat yang berasal dari Yaman tercatat indah dalam sejarah.
Sebut saja Abu Hurairah, Abu Musa al-Ashari, Amar bin Yasir, Ukbah bin Amir, Jaiz
bin Abdillah al-Bajali, Adi bin Hatim, dan masih banyak lagi. Karakter asli
penduduknya yang lembut dan mudah menerima kebenaran menjadi salah satu factor
yang membantu penyebaran islam di Yaman. Oleh sebab itu pada masa awal
perkembangan islam, pergolakan dan huru-hara di Yaman terbilang lebih kecil di
banding negeri Iraq, Iran, Mesir dan Syam. Mulianya Negeri Yaman ini sampai
Rasulullah saw menyebutnya sebagai penduduk terbaik yang ada di muka bumi.
Penduduk negeri ini juga di do’akan oleh Rasulullah saw berupa hidayah dan
limpahan berkah.
Dari sahabat Zaid bin
Tsabit : bahwasannya nabi mengarahkan pendangannya ke arah negeri Yaman,
kemudian beliau berkata : Ya Allah jadikanlah di hati mereka kelapangan dalam
menerima islam. (HR. Tirmidzi)
Kisah Pasukan Gajah
Berbicara
tentang sejarah negeri Yaman, maka kita akan menemukan nama raja Abrahah
disana. Abrahah adalah seorang gubernur dari Abi Sina kekaisaran Ethiopia yang
telah berhasil menaklukan dan menjadi raja Yaman. Dahulu penduduk negeri itu
penganut agama Nasrani. Abrahah berkeinginan agar bangsa Arab pada saat itu
untuk berhaji ke Sona’a, ibukota Yaman. Tidak lagi berhaji ke Mekkah, tempat
Ka’bah berada. Untuk mewujudkan ambisinya, ia membuat sebuah gereja besar
bernama Al Quraisy. Tempat ibadah ini sangat indah dan megah, namun pada
akhirnya tidak ada orang yang tertarik. Justru suatu hari ada seseorang dari
suku Quraisy merendahkan kedudukan bangunan ini dengan cara membuang hajatnya
di bangunan itu, dia dengan sengaja mengotori dinding gereja tersebut dan
kemudian melarikan diri. Emosi Abrahah tersurut atas kejadian ini, ia langsung
menyusun sebuah rencana untuk menghancurkan Ka’bah.
Keesokan
harinya, ribuan gajah dan prajurit yang berangkat dari Yaman menuju Mekah.
Abrahah memimpin sendiri pasukan tersebut dengan menunggangi gajah yang
terbesar diantara pasukan gajah, maka tibalah rombongan Abrahah didekat kota
Mekah dikawasan Bukhomas. Mereka berhenti sejenak, sementara Abrahah mengutus
seorang utusan untuk menemui penguasa Mekah. Saat itu pemuka Mekah adalah kakek
Rasulullah saw Abdul Muthalib. Mendengar kabar pasukan didepan Mekah, Abdul
Muthalib menjawab, Demi Allah, kami ingin berperang dan kami tak mempunyai
kekuatan untuk melawan kalian. Akan tetapi jika Abrahah ingin menghancurkan
Baitullah, lakukanlah sesuka hatinya. Namun aku yakin Allah tidak akan
membiarkan rumah-Nya dihancurkan.
Cukup
lama pasukan Abrahah beristirahat di Bukhomas, meski belum memasuki kota
Mekkah, mereka bertindak anarkis dengan merampas banyak benda kaum Quraisy
termasuk harta milik Abdul Muthalib yaitu unta sebanyak 200 ekor. Mendengar
kabar tersebut, Abdul Muthaib segera menemui Abrahah untuk segera mengambil 200
ekor unta yang telah dirampas oleh pasukannya. Dan Abrahah pun menjawab, Kenapa
kamu lebih mengkhawatirkan unta-untamu, sementara Ka’bah yang kami hancurkan
kamu tidak khawatirkan. Abdul Muthalib menjawab, unta yang kalian rampas adalah
milikku, sementara Ka’bah adalah milik Allah. Maka Allah lah yang akan
menjaganya. Unta-unta itu dengan segera dikembalikan oleh Abrahah dan Abdul
Muthalib pun langsung pergi menuju Mekkah. Setelah tiba di Mekkah, Abdul
Muthalib mengatakan kepada warga kota Mekkah, Wahai kaumku, tinggalkanlah
Mekkah, berlindunglah ke berbagai bukit yang ada. Sungguh aku melihat pasukan
Abrahah yang besar dan mustahil kita lawan akan menghancurkan Ka’bah. Dengan
segera penduduk kota Mekkah bersembunyi, sementara Ka’bah berdiri sendiri tidak
ada seorang pun yang menjaganya. Abdul Muthalib berdo’a didepan ka’bah sebelum
bersembunyi, Ya Allah, kami menyelamatkan diri kami maka lindungilah rumahmu
ini.
Sementara
itu pasukan Abrahah pun bergegas menuju Mekkah. Hentakn kaki gajah telah membuat
penduduk Mekkah merinding ketakutan. Mereka berfikir inilah hari akhir bagi
kota Mekkah. Abrahah pun memerintahkan untuk menyerang, namun tiba-tiba gajah
enggan untuk melangkahkan kakinya. Mereka hanya terdiam dan enggan untuk
menyerang, meski telah di cambuk sang majikan, gajah-gajah itu berbalik arah
dan enggan menuju Ka’bah. Gajah-gajah itu justru hanya berputar-putar saja di
lembah Muhasir. Hingga kemudian datanglah sekelompok rombongan burung dari
angkasa, jumlahnya sangat banyak dan yang lebih mengerikan lagi setiap ekor
burung membawa batu yang sangat panas. Burung-burung itu melepaskan batu yang
sangat panas tersebut, setiap yang terkena batu itu langsung binasa. Allah swt
mengabadikan kejadian ini dalam surah Al-Fil, sebuah surah yang membuktikan
penjagaan ka’bah dan musuh-musuh Allah.
“Dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Apakah kamu tidak memperhatikan
bagaimana Tuhan mu bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah
menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?, Dan Dia
mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka
dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka
seperti daun-daun yang dimakan (ulat).(QS. Al Fiil : 1-5)
Yaman dan Indonesia
Dalam
kajian sejarah lain, Yaman juga mempunyai kaitan erat dengan bumi nusantara
kita. Van Drij Forsel dalam bukunya “Riwayat Kepulauan Hindia Timur”
menjelaskan bahwa orang-orang Arab hadrabi atau yang berasal dari Yaman datang
lebih dahulu ke wilayah nusantara dibandingkan oleh orang belanda. Setidaknya
saat abad ke 13 Masehi diperkirakan aktivitas penyebaran agama islam mulai
dilakukan oleh pendatang dari Maghribi bangsa Arab, Asia selatan dan Negara
lainnya. Para pendatang ini berasal dari kelas menengah ke atas yang hendak
melakukan perdagangan dikawasan Asia selatan dan nusantara Indonesia.
Perjalanan orang-orang Yaman ini dilakukan menggunakan kapal-kapal kayu.
Bertolak dari pelabuhan al-Mungkala atau al-Shir, mereka kemudian berlayar
hingga ke Malabar, Hindia selatan. Hingga pada akhirnya, sebagian besar
pendatang di Sumatera, sehingga tidak heran di Sumatera seperti Aceh, Deli dan
Pelembang terdapat warga keturunan Arab yang cukup banyak. Sedangkan sebagian
rombongan lain meneruskan perjalanan ke tempat yang lebih jauh seperti
Kalimantan, Jawa dan Sulawesi.
Masuknya
kaum Arab Hadrabi ke nusantara dalam jumlah cukup besar terjadi dalam dua
gelombang. Gelombang pertama pada abad ke 13-15 Masehi. Orang-orang Arab Yaman
yang datang pada periode ini kebanyakan laki-laki, kemudian menikahi
wanita-wanita setempat dan mempunyai keturunan yang sangat banyak. Sedangkan
gelombang kedua, orang arab Yaman datang pada abad ke 17 sampai awal abad ke
20. Berbeda dengan generasi sebelumnya, yang kedua ini, dari keluarga laki-laki
dan perempuan datang untuk berdagang dan mencari tempat tinggal baru, sehingga
banyak keturunan arab yang ada di Indonesia sebagian besar berasal dari Negara
Yaman. Di Indonesia sejak zaman dahulu telah banyak keturunan Arab yang menjadi
pejuang, ulama dan juru dakwah. Diantara para pejuang agama yang menonjol
adalah Wali Songo, diduga kuat mereka adalah keturunan arab Yaman. Maka tidak
aneh kalau Indonesia dan Yaman punya sebuah kedekatan sejarah yang kuat. Dan
sejarah mencatat orang-orang arab Yaman adalah pelopor awal dalam penyebaran
agama islam baik dipulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan wilayah yang
lainnya.
Yaman Sekarang Tak Seindah Zaman Rasulullah
dan Era Penyebaran Islam Nusantara Dahulu Kala
Sejak
tahun 1990 dan pasca bersatunya Yaman utara dan Yaman selatan, kita menyaksikan
bahwa krisis dan perang saudara menjadi makanan tiap hari. Sekitar 42% dari
populasi penduduk Yaman bermadzhab Syiah dan 58% penduduknya bermadzhab
ahlusunnah atau islam suni. Ali Abdullah Shaleh adalah presiden Yaman utara
selama 12 tahun, dan sejak tahun 1990 ketika Yaman utara dan selatan bersatu,
ia terpilih kembali menjadi presiden Yaman bersatu selama 33 tahunan. Abdurrabu
Mansur adalah presiden setelah Ali Abdullah Shaleh yang mulai memerintah pada
tahun 2012 menggantikan presiden sebelumnya. Abdurrabu Mansur pernah
memperingatkan bahwa Negara Yaman sedang menuju perang saudara yang lebih
dahsyat. Padahal kalau kita lihat dalam sejarah, dalam beberapa hadis nabi
dijelaskan berbagai karakter orang-orang Arab Yaman. Mereka adalah orang yang
banyak memiliki keistimewaan dari Allah dan Rasulnya, mereka juga memiliki
karakter yang lemah lembut. Bahkan Yaman bisa dibilang sebagai negara gudangnya
ilmu, sehingga tidak heran kalau negeri ini banyak keistimewannya. Sebagaimana
sabda Rasulullah saw:
Dari Abu Hurairah
beliau berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: penduduk
negeri Yaman telah datang kepada kalian, mereka adalah orang-orang yang paling
lembut hatinya. Iman itu ada pada yaman, dan hikmah ada pada yaman. (HR.
Bukhari-Muslim)
Apakah Konflik Di Yaman Saat Ini Merupakan
Skenario Akhir Zaman?
Rasulullah
saw telah mengabarkan bahwa pejuang islam akan muncul di negeri Yaman. Satu
pasukan tentara terbaik yang akan memberikan kemenangan umat islam di akhir
zaman. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadis bahwa Rasulullah saw
bersabda:
Dari Abdullah bin
Abbas, Rasulullah saw bersabda: “Akan muncul dari Aden Abyan, 12.000 orang yang
menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka adalah sebaik-baik orang diantaraku dan
mereka.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani).
12000
tentara Yaman yang di nubuatkan Rasulullah saw adalah sebagai tanda akan
terjadinya kiamat. Sebagaimana Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa dari
sanalah akan muncul pasukan Aden Abyan yang akan menolong Allah dan Rasulnya,
yang akan menjadi orang-orang terbaik diantara zamanku dan zamannyn. Dan
dipertegas lagi dalam hadis yang lainnya.
Rasulullah saw
bersabda:
“Pada akhirnya umat
islam akan menjadi tiga pasukan perang: satu pasukan di Syam (Syiria, Libanon,
Yordania, dan Palestina), satu pasukan di Yaman, dan satu pasukan lagi di Irak.
Ibnu Hawalah bertanya: ‘Wahai Rasulullah pilihkan untukku jika aku
mengalaminya’. Nabi SAW bersabda: “Hendaklah kalian memilih Syam, Karena ia
adalah pilihan Allah, yang Allah kumpulkan disana hamba-hamba pilihannya. Jika
tidak bisa, hendaklah kalian memilih Yaman dan berilah minum (hewan kalian)
dari perigi-periginya, Karena Allah menjamin untukku negeri Syam dan
penduduknya.”
Bersamaan
dengan tanda-tanda akhir zaman, selain tentara yang muncul dari negeri Yaman
ada satu tanda lagi yaitu api yang muncul di Hijaz yang cahayanya akan
menerangi sampai ke Basroh atau sebuah bukit di dekat kota Mekkah. Hijaz adalah
daerah yang di kota suci Madinah yang jaraknya 6 jam berkendara mobil dari kota
Mekkah. Kabar ini tentunya menyeramkan. Namun sudah selayaknya bagi kita kaum
muslimin untuk percaya bahwa itu adalah sebuah tanda kebesaran Allah dan sudah
menjadi ketetapannya.
“Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak akan terjadi hari kiamat sampai api keluar dari tanah Hijaz yang
menerangi leher-leher unta di Bashra.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tercatat
dalam sejarah bahwa api ini telah muncul pada pertengahan abad ke 7 Hijriah,
tepatnya pada tahun 654 Hijriah. Api tersebut sangat besar dan para ulama yang
hidup pada masa itu banyak yang mengomentari sifat api tersebut.
Imam
An-Nawawi berkata, Pada masa kami, api itu muncul di Madinah pada tahun 654 H.
Api tersebut sangat besar, muncul dari arah timur Madinah dibelakang al-Harah.
Ibnu Qasir menukir lebih dari satu orang dikalangan orang Bashra bahwa mereka
dapat melihat leher-leher unta dengan cahaya api yang muncul di tanah Hijaz.
Sedangkan ibnu Hajar berkata, Dan yang Nampak bagiku kebenarannya tentang api
di hijaz, bahwa api yang disebutkan adalah api yang Nampak dipinggiran kota
Madinah. Jika dilihat, peristiwa ini lebih kepada fenomena vulkanik, yaitu
gunung meletus. Namun apapun bentuknya, peristiwa munculnya api di Hijaz telah
membuktikan sekaligus membuka mata kita bahwa apa saja yang disampaikan
Rasulullah saw adalah benar dan nyata, Karena Rasulullah saw tidak berbicara
berdasarkan hawa nafsunya, melainkan dengan wahyu yang datang langsung dari
Allah swt. Wallahu’alam.
Setiap
negeri yang diciptakan Allah swt selalu ada keberkahan didalamnya, seandainya
penduduk negeri itu beriman dan senantiasa menjaga kuat keimanannya kepada
Allah dan Rasulnya. Semoga Allah senantiasa membimbing kita kepada jalan yang
lurus dan jalan yang diridhainya.
0 comments:
Post a Comment