Home » » Hijab Akhir Zaman

Hijab Akhir Zaman

Posted by Deni Apriliandi



https://akphoto1.ask.fm/491/735/587/-399996997-1simsco-aa5b5jpnrc6skcf/original/avatar.jpg 


Hijab Tak Berarti Identik dengan Keshalehannya

Akhir zaman ditandai dengan makin besar peran wanita dalam kehidupan politik dan sosial ekonomi. Namun sayangnya peran wanita dalam keluarga makin menipis, sementara kehadiran wanita shalihah menjadi langka meskipun wanita berhijab makin banayak tak berarti identik dengan kesolehannya. Lalu ada apa dengan hijab pada akhir zaman ini.


Alhamdulillah saat ini tak sulit menemukan wanita berbusana muslimah, bahkan para remaja tidak mau ketinggalan ikut bergaya dengan jilbabnya hingga anak-anak kecil pun dipernak oleh ibu-ibunya dengan jilbab yang lucu. Jilbab sudah menjadi tren mode yang tak kalah dengan mode barang, sayangnya masih ada jilbab sekedar mode tanpa mengindahkan batasan sari’ah.



Apa Yang Di Maksud Hijab?

Jilbab lebih sering diartikan sebagai kain penutup rambut wanita yang lebih cocok berfungsi sebagai kerudung, bahkan sebagian kerudung masih memperlihatkan bagian rambut depan, ada juga kerudung yang diikat dileher tidak menjulur hingga dada. Sebenarnya jika di telusur ada jilbab berasal dari Al Qur’an:
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka...” (QS. Al Ahzab :59).
Jadi jilbab adalah pakaian yang lebar, longgar dan menutupi seluruh bagian tubuh sebagai mana yang telah disebutkan diatas, jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.


Lalu apa yang dimaksud dengan hijab? Meskipun bermakna lebih umum dalam praktik sehari-hari, hijab tak jauh berbeda dengan jilbab. Saat ini kata hijab lebih tren digunakan untuk memaknai pakaian wanita yang sudah memenuhi syari’at islam dikenal dengan istilah hijab syar’i.


Sayangnya, baik hijab maupun jilbab masih dipahami secara sempit seperti kerudung. Hingga berbagai mode pun bermunculan hanya sebagai kain penutup rambut wanita dan sebagian tidak mengikuti syari’at. Misalnya leher dibiarkan terbuka atau bagian dada tidak tertutup jilbab sedangkan pakaiannya terlihat ketat menerawang hingga mengikuti lekuk tubuh wanita.


Mode busana ini sudah diingatkan oleh baginda Rasulullah saw, karena wanita yang mengenakannya akan menjadi penghuni neraka

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat. Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim).



Pendapat Para Ulama Makna Hadis Di Atas

Untuk memahami makna hadis ini, mari kita simak pendapat para ulama.
Imam An Nawawi Rohimakumullah dalam sarahnya atas kitab shahih muslim berkata Hadis ini merupakan salah satu mukjizat Rasulullah saw, apa yang telah beliau paparkan kini telah terjadi.

Yang dimaksud berpakaian tapi telanjang memiliki beberapa sisi pengertian.

Orang yang diberi nikmat oleh Allah ta’ala tapi tidak bersyukur kepadanya.


Orang jauh dari perbuatan baik dan tidak memperhatikan akhirat serta menjaga ketaatannya kepada Allah.


Aurat yang menyingkap sebagian tubuhnya untuk memperlihatkan keindahannya. Mereka itulah wanita yang berpakaian tapi telanjang


Orang yang menggunakan pakaian tipis, sehingga menampakan bagian dalamnya.


Inilah ciri-ciri yang sudah terlihat saat ini. Banyak wanita pada akhir zaman kini yang menggunakan jilbab tapi masih mengundang sahwat kaum pria karena pakaian yang ketat hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya.



“Berlenggak-lenggok Ketika Berjalan Sambil Mengoyang-goyangkan Pundak”

meskipun menggunakan hijab, ia masih berprilaku diluar syari’at. Misalnya menggoda laki-laki mulai dari gaya bicaranya maupun penampilannya. Ia menggunakan perhiasannya untuk menarik lawan jenis. Berlenggak-lenggok seperti model yang berjalan diatas catwalk meskipun menggunakan hijab tentu saja menyalahi syari’at, karena dalam hatinya tersirat motif untuk pamer diri dan memancing sahwat kaum laki-laki.



“Kepala-kepala Mereka Seperti Punuk-punuk Unta”.
Begitu yang disebutkan hadis Nabi. Sering ditafsirkan dengan gaya berjilbab saat ini yang menjadikan kepala mereka tampak besar dengan menggunakan kain kerudunng atau slempang yang digulung diatas kepala hingga mirip punuk-punuk unta. Karena itulah, mode hijab tertentu  sering dikaitkan dengan hadis Nabi ini, namun sebagian ulama memahami kata “MA ILA” dalam hadis itu adalah yang menyisir rambutnya dengan gaya condong keatas, yaitu model para pelacur yang dikenal pada masa itu.


Al Basiri berpendapat makna kata itu adalah wanita yang sangat bernafsu untuk melihat laki-laki dan tidak menundukan kepala dan pandangan mereka. Sedangkan Al Qowi menafsirkannya wanita yang melilit dan mengikatnya ke atas kemudian menyatukannya diatas kepala sehingga sama seperti punuk-punuk unta. Saking tingginya hingga berlenggak-lenggok kekiri dan kekanan.



Batasan Aurat Wanita Sudah Dijelaskan Dalam Syari’at Islam.

Allah menciptakan wanita tidak sama dengan laki-laki baik postur tubuhnya maupun kondisi kejiwaan, karena mengandung hikmah dan kemaslahatan.

Laki-laki diberi amanah sebagai pemimpin keluarga, sedangkan wanita dicipitakan untuk mengandung dan melahirkan anak. Allah ta’ala mewajibkan wanita untuk berhijab untuk menjaga kemuliaan dan ketaqwaannya.

Yang dimaksud dengan hijab syar’i tidaklah yang berkaitan dengan mode tertentu, tapi yang terpenting memenuhi persyaratan yang telah digariskan oleh syari’at. Antara lain:

Menutup seluruh tubuh kecuali bagian yang boleh dinampakkan, yaitu wajah dan telapak tangan.



Busana yang Dikenakan Seorang Wanita Muslimah Tidak Transparan dan Tidak Tipis Sehingga Membentuk Lekuk Tubuh.

Usamah bin said pernah berkata:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi Wa sallam bertanya kepadaku. ‘Mengapa engkau tidak mengenakan baju Qubthiyah yang telah kuberikan?’ ‘Aku memberikannya kepada istriku.’ Jawabku. Maka beliau berpesan. ‘Perintahkanlah istrimu agar memakai pakaian bagian dalam sebelum mengenakan baju Qubthiyah itu. Aku khawatir baju itu akan menggambarkan lekuk tubuhnya.’” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).



Seorang Wanita Muslimah Dilarang  Menggunakan Wewangian Ketika Keluar Rumah.

Berdasarkan sabda Nabi antara lain hadis dari Abu Hurairah r.a:

“Seorang wanita melintas di hadapan Abu Hurairah dan aroma wewangian yang dikenakan wanita tersebut tercium olehnya. Abu Hurairah pun bertanya, ‘Hai hamba wanita milik Al-Jabbar (Allah ta’ala). Apakah kamu hendak ke masjid?’ ‘benar.’ Jawabnya, Abu Hurairah lantas bertanya lagi, ‘Apakah karena itu kamu memakai parfum?’ wanita tersebut menjawab, ‘Benar.’ Maka Abu Hurairah berkata, ‘Pulang dan mandilah kamu. Sungguh aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, ‘Allah tidak akan menerima shalat wanita yang keluar menuju masjid sementara bau wangi tercium darinya. Hingga ia kembali ke rumahnya dan mandi.’” (HR. Al-Baihaqi).


Larangan ini menurut para ulama tidak hanya untuk ke masjid, juga ketika wanita keluar rumah ke tempat lainnnya. Meskipun wanita telah mendapat izin dari suaminya.



Pakaian Yang Dikenakan Seorang Wanita Muslimah Tidak Menyerupai Laki-Laki.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam melaknat pria yang memakai pakaian wanita, dan wanita yang memakai pakaian pria.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Ahmad).



Hijab Bersama Busana Muslim Tidak Boleh Mengundang Sensasi Untuk Menjadi Pusat Perhatian. Misalnya Dengan Perhiasan atau Modenya.

Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa yang memakai pakaian syuhrah di dunia, maka Allah akan memakaikan pakaian (kehinaan) yang serupa baginya pada hari kiamat, lalu Allah akan menyulutkan api pada pakaian itu.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).


Hijab syar’i tidak identik dengan mode tertentu atau warna tertentu. Al-Hadis Ibnu Abi Syaibah menyebutkan beberapa riwayat tentang warna-warni pakaian istri-istri Rasulullah. Misalnya Ummu Salamah pernah mengenakan pakaian berwarna kuning, dan beberapa istri Rasulullah juga ada yang mengenakan pakaian merah.


Yang dimaksud dengan Syuhrah adalah busana yang bertujuan untuk mencari popularitas meskipun secara syar’i telah menutup aurat.



Orang yang tidak mengenakan jilbab akan lebih mudah digoda

Jilbab merupakan sebuah identitas keislaman kaum wanita yang telah membuktikan dirinya menjaga kehormatanya. Orang yang tidak mengenakan jilbab akan lebih mudah digoda, karena orang-orang akan mengira bahwa ia bukanlah wanita ‘afifat yaitu wanita yang betul-betul menjaga diri atau kehormatannya. Wanita yang telah mengenakan hijab berhenti pada kewajiban itu, karena masih banyak perintah Allah swt dan Rasulnya yang harus dikerjakan dan masih banyak larangan yang harus dijauhinya. Mengenakan hijab bukan karena tuntutan lingkungan, tapi kewajiban syari’at untuk menutup aurat dan menjaga kehormatan serta kemuliaan seorang wanita muslim.


Fenomena wanita berpakaian tapi telanjang seperti yang diisyaratkan oleh Rasulullah saw telah terbukti saat ini. Jika kita keluar rumah, jalan-jalan dipusat perbelanjaan tidak sulit untuk menemukan wanita yang mengumbar auratnya. Wanita berpakaian tapi telanjang menjadi ciri kital telah berada di akhir zaman, karena wanita seseorang bisa masuk Surga sebaliknya pula seseorang bisa masuk Neraka.

Rasulullah saw telah mengingatkan dalam sabdanya :

“Aku tidak meninggalkan satupun fitnah sepeninggalanku yang lebih membahayakan para lelaki kecuali para wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan Rasulullah pernah berkhutbah ketika terjadi gerhana matahari:

“Wahai kaum wanita, bersedekahlah, karena aku telah melihat neraka, dan aku melihat kalian merupakan sebagian besar penduduk neraka. Mereka bertanya “mengapa begitu Ya Rasulullah?” Rasulullh menjawab, “Karena kalian terlalu banyak mengumpat dan tidak berterima kasih atas kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepad kalian.”” (HR. Bukhari Muslim).



Kiamat Tidak Akan Terjadi Sampai Orang-orang Bersetubuh Dijalan-jalan Seperti Layaknya Keledai

Sabda Rasulullah saw:

“Dan ingatlah manusia-manusia yang buruk yang seenaknya saja melakukan persetubuhan seperti keledai. Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang.” (HR. Muslim).


Fenomena ini sebagian telah terjadi di negeri ini, para pelacur menjajakan dirinya di jalan-jalan dan pusat keramaian, transaksi prostitusi berlangsung dijalanan, inilah pertanda kiamat makin dekat. Tanpa rasa malu pula anak-anak remaja berpacaran dijalanan, mereka telah mendekati perzinahan. Maraknya perzinahan seperti dalam sabda Nabi, karena menjelang kiamat jumlah wanita akan semakin banyak disbanding laki-laki. Banyaj laki-laki yang mati dalam peperangan, sementara wanita tanpa suami semakin bertambah.

Nabi saw bersabda:

“Pasti akan datang pada manusia suatu zaman yang ketika seseorang berkeliling membawa shadaqah emas, lalu ia tidak mendapati seseorang yang mau menerimanya. Lalu akan terlihat satu orang laki-laki akan diikuti oleh empat puluh orang wanita, yang mereka mencari kepuasan dengannya karena sedikitnya jumlah laki-laki dan banyaknya wanita.” (HR. Bukhari).



Emansipasi Wanita
Akhir abad ke-20 merupakan masa berkembangnya emansipasi wanita. Kemerdekaan wanita yang dikampanyekan oleh barat sejatinya tidak menjadikan kaum wanita mandiri, mereka justru menjadi budak industrialisasi. Para wanita menuntut hak-nya dalam politik dan ekonomi, namun disisi lain mereka meninggalkan fitrah kewanitaannya dalam rumah tangga, hingga emansipasi orang telah melahirkan manusia-manusia yang egois, anak-anak yang hilang kontrol moral dan suami yang hilang otoritas kepemimpinannya. Pada akhir zaman baik laki-laki atau perempuan akan berlomba mencari nafkah. Sebagaimana diisyaratkan dalam hadis Rasulullah :

”Sesungguhnya menjelang kiamat akan ada ucapan salam yang khusus dan perdagangan tersebar luas sehingga seorang wanita ikut serta dengan suaminya dalam perdagangan.” (HR. Ahmad).



Kita Hidup Di Akhir Zaman,

Sebagian fenomena wanita yang diisyaratkan oleh Rasulullah saw sudah terjadi. Jika pencapaian dunia segala-galanya bagi kita baik harta maupun jabatan, tak ada nilainya ternyata. Karena Rasulullah saw bersabda:
“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim).
Ada kebahagian dunia yang sesungguhnya, yaitu semua keluarga yang dibangun diatas syari’ah islam. Sebuah keluarga yang terdiri dari suami shalihah amanah tugasnya sebagai pemimpin keluarga, seorang istri shalihah yang menjaga kehormatan rumah tangganya, serta anak-anak yang sholeh keluar dari didikan dan do’a orang tuanya.



Balasan Wanita Shalehah

Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan diminta pertanggung jawabannya diakhirat kelak sesuai dengan perannya, begitu pula seorang perempuan yang menjadi istri dan ibu dari anak-anaknya. Disamping tugasnya menjadi seorang ibu yaag melahirkan anak, Allah ta’ala angkat kehormatan seorang wanita dengn ketaatannya terhadap suami menjadi pintu menuju surga.

Rasul bersabda:

“Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad).
           

Kiamat sudah didepan mata dikarenakan salah satunya oleh wanita yang tidak memelihara kehormatan dirinya.


0 comments:

Powered by Blogger.

Followers