Shalat adalah salah satu pilar dalam rukun islam, pilar yang kedua setelah mengucap dua kalimat syahadat. Shalat diwajibkan atas manusia sebagai satu berkat dan rahmat Allah ta’ala kepada ciptaannya
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikan Shalat. Sesungguhnya Shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (Shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut : 45).
Sebanyak 68 kali perkataan shalat di ulang dalam Al Qur’an, perintah shalat tidak hanya disebutkan dalam perkataan yang sama, namun juga disebutkan sebagai du’a atau do’a, sikap atau menyikap, juga disebutkan dalam gerakannya yaitu sujud dan ruku. Perkataan-perkataan ini menjadi dasar bagi kita bahwa shalat adalah bagian dari do’a dan bagian dari berdzikir. Dengan demikian, kita harus memaknai kewajiban shalat sebagai bagian dari kehidupan kita. Dimana kata wajib bisa kita lekukkan menjadi kata terbiasa.
Shalat menjadi kebiasaan hidup manusia islam, bukan hanya sebagai bentuk taqwa kepada Allah sang Maha Pencipta, namun juga menjadi identitas umat. Dimanapun kita berada, shalat menjadi aktivitas yang melekat, di mall, di bandara, di kantor, di sekolah, di tempat wisata, pastikan bahwa langkah shalat kita tidak dihalangi oleh aktivitas apapun. Karena sejatinya, mengingat Allah adalah mengingat nikmat yang telah dia berikan kepada kita, mengingat bahwa kita hanya milik Allah semata. Kenikmatan udara yang kita hirup, kenikmatan darah yang mengalir lancar di tubuh kita, kenikmatan jantung yang berdetak di dada, dan kenikmatan waktu yang diberikan kepada kita.
Jadi, jika shalat sudah menjadi kebiasaan hidup dalam setiap gerak dan langkah maka shalat seperti apakah yang di ridhai Allah dan di anjurkan oleh Rasulullah? Bagaimanakah caranya meningkatkan nilai khusyu shalat kita kepada Allah swt?
Shalat adalah metode komunikasi utama umat islam kepada sang Khalik. Melalui shalat kita mampu mengeluarkan isi hati dan segala gundah kepada sang Pencipta, karena itulah shalat diwajibkan kepada manusia karena manfaat nya yang untuk dirinya sendiri. Shalat juga sebagai metode perbaikan kepribadian, dengan shalat kita bisa merefleksikan diri kita untuk menjadi rendah hati dan sabar. Shalat menjadi ibadah kita untuk menela’ah pesan-pesan Allah pada hamba-nya. Ibadah ini adalah ibadah yang mampu memperbaharui dan meningkatkan keimanan kita. Seperti surat Al Fatihah yang dibaca, diharapkan tidak hanya dibaca, namun patut dipahami bait demi bait nya, dengan inilah penghayatan shalatpun dapat tercapai. Dalam firman Allah lainnya, Allah mengingatkan kita agar shalat sebagai benang merah yang menghubungkan dunia dengan akhirat.
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hadeed : 16).
Mengingat Allah disini bisa diartikan sebagai salah satu bagian dari shalat bahwa shalat sebagai bukti nyata penghormatan kita kepada yang Maha Kuasa.
“Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhan mu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan” (QS. Al Haj : 77)
Proses shalat dari berdiri, rukuk sampai kita melakukan sujud adalah tanda dari merendahkan hati dan diri kita, gerakan-gerakan inilah yang seharusnya membuat kita sadar bahwa semakin kita banyak melakukan gerakan shalat kita akan semakin rendah diri dan puncak dari kerendahan diri itu adalah saat kita bersujud kepada Allah bahwa Allah adalah Tuhan Semesta Alam dan kita hanyalah ciptaannya, miliknya. Dengan demikian shalat juga dimaknai sebagai tempat untuk melepaskan segala kesombongan diri.
Rasulullah bersabda:
Kepada Muslim yang berwudhu secara sempurna, lalu shalat 2 rakaat dengan wajahnya
dan hatinya (secara khusyuk) maka surga adalah hadiah baginya. (HR. Abu Dawood)
Dalam hadis ini Rasul memberi tahu kita bahwa shalat harus dilakukan dengan hati yang juga sedang shalat, bukan sedang mengingat pekerjaan, keluarga dan yang lainnya dan untuk memulai shalat yang khusyu haruslah dimulai dengan menyempurnakan cara berwudhu kita mulai dari niat sampai cara membasuh anggota tubuh kita. Inilah langkah pertama perwujudan dari shalat yang khusyu.
Dalam firman Allah lainnya, Allah Azza Wa Zalla menjelaskan bagaimana kita mendapatkan kekhusyuan dalam shalat.
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat.. dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhan nya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS. Al-Baqarah: 45-46).
Kematian rupanya telah digariskan sebagai jembatan kesadaran manusia untuk kembli mengingat Allah , karena dengan mengingat kematian jiwa umat manusia akan otomatis terpanggil untuk khusyu, orang yang mengingat kematian berada pada titik memiliki keyakinan penuh pada Allah, orang yang menyerahkan hidup dan matinya hanya untuk Allah sehingga semua amal ibadahnya, zakatnya, puasanya, shalatnya benar-benar dirasakan sebagai sebuah perjalanan untuk berkomunikasi secara langsung kepada Allah.
Nilai khusyu akan bertambah jika kita dapat betul-betul memaknai do’a dan firman Allah yang kita ucapkan. Saat kita ucapkan takbir kita harus benar-benar meyakini takbir itu bahwa hanya Allah yang Maha Besar Sebuah ikrar yang menyatakan kebesarannya, saat kita membaca al-Fatihah kita pahami satu per satu kata dalam setiap ayatnya, kemudian saat kita rukuk kita menurunkan diri kita sebagai bentuk penghormatan kita, dan bentuk penghormatan kita yang paling utama adalah saat kita bersujud. Disaat bersamaan kita pahami setiap kata yang kita ucapkan, do’a yang kita panjatkan.
Diantara keutamaan shalat yang khusyu adalah ditinggikannya derajat kita baik didunia maupun diakhirat, Allah Azza Wa Zalla melihat manusia dari imannya sehingga kekhusyuan kita dalam shalat menjadi amalan yang utama agar shalat kita dapat diterima.
“(Mereka) bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yng lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka dan Allah memberi rizki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas” (QS. Nur:36-38)
Maka dalam satu kesempatan, inilah contoh satu rakaat shalat khusyu yang dimaksud Rasulullah saw:
Begitu besar kasih sayang Allah kepada hambanya, hanya dengan mengingat Allah, Allah janjikan bermacam hal kepada kita. Kasih sayang-Nya, ridho-Nya, rizki didunia dan akhirat bahkan surga-Nya semuanya hanya semudah mengingat Allah dengan melaksanakan shalat Khusyu. Wallahu a’alam
Demikianlah cara menggapai khusyu dalam shalat, bukan dengan semata meniatkan khusyu, tetapi dengan mamahami dengan betul apa makna shalat dan makna bacaan shalat. Mengimani dan merasakan dalam jiwa semua bacaan shalat, perkataan demi perkataan dan hanya melalui pemahaman saja kekhusyuan dalam shalat dapat dirasakan.
0 comments:
Post a Comment