Home » » Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua

Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua

Posted by Deni Apriliandi



Berbakti Kepada Orang Tua dan Mengtauhidkan-Nya

Allah ta’ala berfirman:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra’ : 23)

Dalam beberapa ayat, Allah selalu menggandengkan berbakti kepada orang tua dengan mengtauhidkan-Nya dan larangan berbuat syirik. Ini semua menunjukan agungnya amalan ini. Allah swt berfirman:

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak.” (QS. An Nisa’ : 36)

Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Katakanlah, “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: Jangalah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia; berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak.” (QS. Al An’am : 151)


Dalam nasihat Luqman pada anaknya, Al Quran menyandingkan larangan syirik dengan perintah bakti kepada orang tua. Ini menunjukkan betapa tinggi kedudukan banding ini di mata Allah swt.

“Dan (ingatlah ) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya; “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. Dan kami perintahkan  kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman : 13-14)


Tentu perintah bakti ini bukan tanpa alasan. Allah swt menjelaskannya dalam surat Al Ahqaaf:

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun iaa berdo’a : “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridhai. Berilah kebaiakan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.” (QS. Al Ahqaaf : 15)



Baktinya Para Nabi Kepada Orang Tua

Bahkan para Nabi di puji Allah swt karena baktinya kepada orang tua. Perhatikanlah firman Allah tentang Nabi Yahya bin Zakaria as:
“Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” (QS. Maryam : 14)

Begitu juga Allah menceritakan tentang Nabi Isa as :
“Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 30-32)



Berbakti Kepada Ibu dan Bapak Adalah Perintah Utama

Karena berbakti kepada ibu dan bapak adalah perintah utama, maka hukumnya jelas seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya adalah hak yang Allah berikan kepada ibu dan bapaknya. Jadi manakala ada seorang anak yang tidak berbakti kepada ibu bapaknya maka baginya adalah dosa besar, meskipun alasan tidak berbaktinya itu karena dalam rangka taat kepada Allah ta’ala. Oleh karena itu berbakti kepada orang tua termasuk dalam amalan yang paling dicintai Allah swt.


Sahabat Abdullah bin Mas’ud ra menuturkan :

“Aku bertanya pada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?’ Beliau Shallallahu’alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya’ lalu apalagi?’ Beliau Shallallahu’alaihi wa sallam mengatakan, ‘Kemudian berbakti kepada orang tua.’ Lalu aku mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Lalu Beliau Shallallahu’alaihi wa sallam mengatakan, ‘Berjihad di jalan Allah’.” Lalu Abdullah bin Mas’ud mengatakan, Nabi Beliau Shallallahu’alaihi wa sallam memberitahukan hal-hal tadi kepadaku. Seandainya aku bertanya lagi, pasti beliau akan menambahkan (jawabannya).” (HR. Bukahri dan Muslim)



Bagaimana Jika Orang Tua Kita Adalah Seorang Musyrik?

Perintah berbakti kepada ibu bapak ini tetap berlaku sekalipun orang tua dalam kondisi musyrik, sekalipun Allah ta’ala memberikan ketetapan bahwa tidak wajib hukumnya taat kepada orang tua dalam hal kemusyrikan, tetapi berbakti kepada keduanya tetap sebuah kewajiban yang tak bisa ditawar-tawar:

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mena’ati keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Lukman : 15)


Suatu riwayat menyebutkan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa yang dialami seorang sahabat mulia, Sa’ad bin Abi Waqas r.a. ketika Sa’ad masuk islam ibunya tidak setuju, bahkan mengancam untuk tidak makan dan tidak minum hingga Sa’ad melepaskan keimanannya. Ancaman itu ternyata dilakukan oleh sang ibu hingga kesehatan ibunya menurun dan berada dalam kondisi kritis. Pada saat kritis seperti itu, Sa’ad bi Abi Waqas r.a berkata dengan lembut kepada ibunya, Ketahuilah wahai ibu. Demi Allah, seandainya ibu mempunyai seratus nyawa dan nyawa itu keluar satu per satu menarik tubuh ibu niscaya aku tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun yang terjadi. Aku tidak akan peduli dengan segala ancaman ibu. Dengan demikian dapat dipahami secara keseluruhan bahwa berbakti kepada ibu bapak adalah kewajiban utama seorang anak setelah menunaikan kewajiban utamanya kepada Allah swt. Seorang anak hanya boleh tidak taat kepada orang tua bila mereka mengajak kepada kemusyrikan dan kemaksiatan. Namun berbakti dan berbuat ma’ruf kepada ibu bapaknya tetaplah satu kewajiban.



Berbakti Kepada Orang Tua adalah Jalan Pintas Menghuni Surga

Bukhari dan Muslim meriwayatkan Abdullah bin Mas’ud r.a pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang perbuatan apa saja yang disenangi oleh Allah? Beliau menjawab, berbakti kepada kedua ibu bapak. Lalu ia bertanyaa kembali, kemudian apalagi ya Rasulullah? Beliau menjawab, Berjuang di jalan Allah.


Artinya, siapa yang berbakti kepada orang tuanya dengan sebaik-baiknya. Maka jelas surga ada dihadapannya. Betapa tidak, hadis ini menunjukkan berbakti kepada orang tua lebih utama nilainya daripada jihad fii sabilillah. Berjihad, berperang dijalan Allah sementara kita tahu, Jihad fisabilillah adalah jalan pintas menghuni surga-Nya. Maka tentu saja berbakti kepada orang tua bakal mendapat balasan surga yang lebih baik, perlu diketahui pula kemuliaan untuk orang yang berbakti kepada orang tuanya tidak hanya saja diberikan kelak di akhirat, namun juga sudah ditampakkan sejak didunia. hal ini bisa dilihat dari kisah Uwais Al Qarni, seorang muslim dari Yaman yang sangat taat dan berbakti kepada ibunya. Uwais belum pernah berjumpa dengan Rasulullah, namun karena begitu berbaktinya ia kepada orang tuanya sehingga Allah mencintai dia. Kecintai kemuliaan Uwais sampai ke telinga Rasulullah, tapi suatu saat Umar bin Khattab r.a bertutur bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Telah datang ke negeri ini Uwais Al-Qarni dari desa atau kabilah Murad dan Qaran semula ia terkena penyakit belang lalu sembuh Ia sangat mencintai dan berbakti kepada ibunya Kalau bersumpah dan berdo’a kepada Allah pasti dikabulkan Jika kalian mau mohonlah kepadanya agar ia memintakan ampun buat kalian.” (HR. Muslim)


Bayangkan, sahabat sekelas Umar diberikan anjuran untuk memuliakan seorang Uwais Al-Qarni. Seorang muslim yang tidak dikenal oleh masyarakat, belum pernah Umar temui dan tidak pernah sekalipun turun ke medan jihad. Tetapi inilah satu bukti bahwa siapa yang benar-benar berbakti kepada ibu bapaknya, kemuliaan adalah pakaian yang layak di sandangnya. Secara logika, boleh jadi kita tidak disebutkan oleh Rasulullah saw sebagaimana Uwais telah disebutkan dihadapan para sahabat utama, sebab Rasulullah telah meninggalkan kehidupan fana ini. Tetapi bukan tidak mungkin Allah ta’ala akan mencatat siapa saja yang berbakti kepada orang tuanya sebagai seorang muslim yang dibanggakan dihadapan para malaiakat-Nya. Insya Allah. Jika demikian, sungguh indah keutamaan dari berbakti kepada kedua orang tua. Sayangnya banyak orang yang melalaikannya. Padahal ridha Allah ta’ala ada pada ridha ibu dan bapak.

“Keridhaan Allah seiring dengan dalam keridhaan ibu bapak, dan kemurkaan-Nya seiring dengan dalam kemarahan ibu bapak.” (HR. Tirmidzi).



Berbakti Kepada Orang Tua Walau Mereka Telah Wafat

Terkadang sebagian kita beranggapan bahwa kewajiban berbakti kepada kedua orang tua telah usia ketika orang tua telah wafat. Jika memang demikian alangkah bakhilnya diri kita, alangkah singkatnya bakti kita kepada orang tua yang telah mengasuh kita dengan penuh kasih saying, yang telah mengorbankan siang dan malamnya untuk kebahagiaan sang anak. Seseorang yang telah banyak mengucurkan air mata dan keringat untuk kebaikan sang anak. Lantas apakah balas budi kepada mereka akan berakhir seiring dengan berakhirnya kehidupan mereka. Saat setelah wafat adalah saat dimana kedua orang tua paling membutuhkan pati anak-anaknya. Yaitu ketika mereka telah memasuki alam barzah, mereka sangat membutuhkan do’a yang sangat baik dan permohonan ampun melalui seorang anak untuk mengangkat kedua telapak tangannya kepada Allah ta’ala.

“Seseorang datang kepada Rasulullah shallallhu’alaihi wa sallam dan bertanya “Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa sesuatu sebagai baktiku kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?” beliau bersabda, “Ya, engkau mendo’akan keduanya, memohonkan ampunan untuk keduanya, menunaikan janji keduanya, memuliakan teman keduanya, dan silaturahmi yang tidak tersambung kecuali dengan keduanya.” (HR. Al-Hakim)


Begitulah bakti seorang anak kepada kedua orang tua, senantiasa menjadi utang manusia selama ruh masih berada pada jasadnya, selama jantung masih berdetak, selama nadi masih berdenyut dan selama nafas masih berhembus. Oleh karena itu sangat keliru jika ada orang yang beranggapan bahwa baktinya kepada orang tua telah usia ketika orang tua telah wafat. Bakti seorang anak kepada orang tua senantiasa menjadi utang yang harus di tunaikan sampai ia bertemu dengan Allah ta’ala. Mereka sangat membutuhkan do’a yang sangat tulus, serta permohonan ampun. Sehingga mereka mendapatkan limpahan rahmat dan ampunan dari Allah karenanya.

“Sesungguhya Allah mengangkat derajat seorang hamba yang saleh di surga. Lantas ia bertanya, ‘Wahai Rabb, mengapa aku mendapatkan ini?’ Allah menjawab, ‘Karena permohonan ampunan anakmu untukmu.’” (HR. Ahmad)



Bagaimana cara berbakti kepada orang tua ketika mereka telah meninggal dunia

Bagaimana cara berbakti kepada orang tua ketika mereka telah meninggal dunia atau tiada? Dari Abu Husein Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi ia berkata, “Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallalllhu’alaihi wa sallam. Ketika itu ada datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah apakah masih ada bentuk berbakti kepada orang tuaku ketikaa mereka telah meninggal dunia?” Nabi shallalllhu’alaihi wa sallam menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya,pen.). (Bentuknya adalah) mendo’akan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan temn dekat keduanya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

Dalam hadis lain:
“Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya.” (HR. Muslim)

Bisa pula bentuk berbuat baik kepada orang tua adalah dengan bersedekah atas nama orang tua yang telah meninggal dunia.

Abdullah bin Abbas r.a menuturkan, Sesungguhnya ibu dari Sa’ad bin Ubadah r.a meninggal dunia, sedangkan sa’ad pada saat itu tidak ada di sisinya. Kemudian sa’ad mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal sedangkan aku pada saat itu tidak ada di sampingnya apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?’ Nabi shallallahu’aliahi wa sallam menjawab, ’Iya (bermanfaat) kemudian saat mengatakan kepada beliau shallallahu’aliahi wa sallam, ‘Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya. (HR. Bukahri)

“Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)



Kalau orang tua kita masih hidup, manfaatkanlah untuk selalu berbakti kepadanya walau sesibuk apapun kita.


0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.