Dan sebutlah serta ingatlah akan Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri serta dengan perasaan takut (melanggar perintahnya) dan dengan tidak pula menyaringkan suara, pada waktu pagi dan petang dan janganlah engkau menjadi dari orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf : 205)
Berjuta-juta umat muslim didunia banyak yang mengaku bahwa hanya Allah lah yang patut disembah tapi setelah Allah memanggil lewat adzan, banyak yang berguguran dan tidak lulus karena pada kenyataan yang kita lihat walaupun adzan telah berkumandang kebanyakan orang yang mengaku muslim enggan untuk segera menjawab panggilan Allah dengan segera melaksanakan shalat.
...Seandainya mereka mengetahui pahala yang terdapat dalam bercepat-cepat untuk mendatangi tempat shalat niscaya mereka akan bercepat-cepat mendatanginya. Dan seandainya mereka mengetahui pahala yang terdapat dalam berjama’ah shalat isya’ dan subuh niscaya mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak” (HR. Bukhori dan Muslim)
Sudah pasti setiap hari suara adzan terdengar apalagi yang tinggal dinegara muslim, adzan merupakan seruan bagi umat muslim untuk menunaikan shalat. Apabila adzan telah berkumandang maka sebagian besar umat muslim datang ke masjid-masjid terdekat untuk menunaikan shalat.
Adzan memiliki keistimewaan sehingga orang yang menyerukan adzan sekalipun Allah telah menjanjikan pahala kepadanya, dibalik keistimewaannya tersebut adzan juga menyimpan fakta-fakta, diantaranya adalah kalimat penyeru yang memiliki kekuatan dahsyat. Begitu adzan berkumandang kaum muslim yang benar-benar beriman dan bertaqwa kepada Allah akan segera bergegas ke masjid menunaikan shalat. Tanpa sadar saraf akan memerintahkan tubuh untuk segera menunaikan shalat, simpul-simpul kesadaran psikoreligius dalam otak umat muslim mendadak bergetar hebat dan terhubung secara simultan, seakan suara khas adzan telah tertanam di alam bawah sadar setiap muslim sehingga ketika mendengarnya indra-indra tubuh mereka lalu bergerak untuk shalat. Pada saat itulah suara adzan seakan telah menyentuh fitrahnya untuk beribadah.
Fakta berikutnya adalah banyak orang non-muslim menjemput hidayah setelah mendengar adzan, bagi kisah perjalanan hidup kaum mualaf hingga akhirnya menemukan hidayah, salah satu sebab yang sering terjadi adalah suara adzan yang didengar mereka telah mengetarkan hati dan kesadaran terdalam untuk mengucap syahadat, seakan fitrah dalam diri mereka terbangkitkan melalui lantunan adzan itu. Subhanallah.
Adzan mulai diisyaratkan pada tahun ke2 hijriah pada saat Rasulullah saw menetap di Madinah beliau membangun masjid untuk melaksanakan shalat berjama’ah. Dimasa itu kaum muslimin selalu mengira-ngira waktu shalat dan kemudian pergi ke masjid untuk mengikuti shalat berjama’ah, tapi masalah itu tidaklah mudah ada yang ketinggalan shalat berjama’ah atau terlambat karena kurang pandai memperkirakan waktu, karena itulah Rasulullah saw berpikir serius tentang bagaimana cara mengumpulkan orang-orang untuk shalat berjama’ah. Orang-orang islam pun mulai memikirkan solusi praktis untuk mengatasi masalah ini, pada suatu hari Nabi Muhammad saw mengumpulkan para sahabat untuk memusyawarahkan bagaimana cara memberitahu waktu shalat dan mengajak orang agar berkumpul ke masjid untuk melakukan shalat berjama’ah. Didalam musyawarah itu terdapat beberapa usulan, ada yang mengusulkan mengibarkan bendera sebagai tanda masuk shalat apabila benderanya telah berkibar hendaklah orang yang melihatnya memberitahu kepada umum bahwa telah masuk waktu shalat. Ada juga yang mengusulkan meniup trompet seperti yang dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi. Ada lagi yang mengusulkan supaya dibunyikan lonceng seperti yang dilakukan orang Nasrani. Ada juga seorang sahabat yang mengusulkan bahwa manakala waktu shalat tiba maka segera dinyalakan api pada tempat yang tinggi dimana orang mudah melihat tempat itu, atau setidak-tidaknya asapnya bisa dilihat orang kalau ia berada ditempat yang jauh dan kaum muslim yang melihat api itu dinyalakan hendaklah segera menghadiri shalat berjama’ah. Namun semua usulan itu ditolak oleh Nabi Muhammad saw, tetapi beliau menukar lafal itu dengan Assholatu Jami’a yang berarti marilah shalat berjama’ah, hingga datanglah sahabat (Abdullah bin Zaid) yang bercerita jika dia mimpi bertemu dengan seseorang yang memberitahunya untuk mengumandangkan adzan dengan menyerukan lafadz-lafadz adzan seperti saat ini. Lalu dikabarkanlah perihal mimpi kepada Rasulullah, Umar bin Khattab yang juga mendengar hal itu dan ternyata ia juga mengalami mimpi yang sama, Umar bin Khattab pun berkata demi tuhan yang mengutusmu dengan haq ya Rasulullah, aku benar-benar melihat seperti apa yang ia lihat didalam mimpi. Lalu Rasulullah bersabda: segala puji bagimu. Dan saat itulah Rasulullah menyetujui untuk menggunakan lafadz-lafadz adzan itu sebagai tanda waktu shalat tiba.
Adapun adab melakukan adzan menurut jumhur ulama ialah:
Muadzin hendaknya tidak menerima upah dalam melakukan tugasnya,
Muadzin harus suci dari hadas besar dan kecil dan najis lazim
Muadzin diperkenankan memasukan dua anak jarinya kedalam kedua telinganya
Sebaiknya adzan menghadap ke kiblat dan ketika membaca “Hayya ‘Alassholah” muadzin menghadapkan muka dan dadanya kesebelah kanan dan ketika membaca “Hayya ‘Alal Falah” menghadapkan muka dan dadanya kesebelah kiri,
Orang-orang yang mendengar adzan hendaklah menyahutnya secara perlahan dengan lafadz-lafadz yang diucapkan muadzin, kecuali pada kalimat “Hayya ‘Alassholah” dan “Hayya ‘Alal Falah” yang keduanya disahut dengan “Laa Haula Wa Laakuwwata Illa Billaahil ‘Aliyyil ‘Adzim”.
Sesuai dengan sabda Rasulullah saw setelah selesai adzan, muadzin dan yang mendengar adzan hendaklah berdo’a:
Yang artinya:
“Wahai Allah, Tuhan yang menguasai seruan yang sempurna ini, dan shalat yang sedang didirikan, berikanlah kepada Muhammad karunia dan keutamaan serta kedudukan yang terpuji yang telah engkau janjikan untuknya.” (HR. Bukhari)
Ada adzan adapula iqomah, kedua ini adalah perkara sunnah yang dilakukan sebelum sembahyang fardhu. Adzan dari segi bahasa termasuk pemberitahuan, adakala dari segi cara pula diartikan sebagai suatu gabungan perkataan tertentu untuk mengetahui waktu sembahyang fardhu atau pemberitahuan waktu sembahyang dengan lafadz tertentu. Iqomah pula bermaksud sebutan tertentu untuk membangkitkan para hadirin untuk mengerjakan sembahyang. Syarat-syarat iqomah adalah sama dengan adzan, iqomah diisyaratkan tidak diselangi dengan niat yang terlalu lama diantaranya pada takbiratul ihram kecuali sekedar imam membetulkan shaf atau barisan shalat berjam’ah. Iqomah dapat dilakukan dengan cepat karenanya diisyaratkan untuk memberitahu mereka yang sudah hadir untuk mendirikan shalat.
Mungkin sebagian kita belum mengetahui waktu antara adzan dan iqomah adalah waktu utama terkabulnya do’a, dan karena ketidak tahuan setelah adzan malah disibukan dengan hal lain yang tidak berfaedah padahal Nabi Muhammad saw menyebutkan bahwa waktu tersebut adalah waktu dikabulnya do’a:
“Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a diantara adzan dan iqomah, maka berdo’alah (kala itu).” (HR. Ahmad 3/155)
Selain untuk tujuan shalat, adzan dan iqamah juga sunnah dilakukan untuk beberapa perkara lain seperti adzan ditelinga kanan bayi yang baru lahir begitu juga disunat untuk di iqamahkan pada telinga kiri. Begitu juga pada jenazah yang hendak disemayamkan. Ini disunatkan karena Nabi Muhammad saw sendiri telah meng Adzankan telinga Hasan ketika beliau dilahirkan oleh Fatimah. Selain itu adzan juga diperkenankan pada waktu kebakaran, perang atau ketika manusia menjadi liar prilakunya dan adzan diperkenankan bagi orang yang dirasuki setan.
Muadzin pertama Rasulullah saw yaitu Bilal bin Rabah al-Habasyi, biasa dipanggil Abu Abilah dan digelari Muadzin ar-Rasul, Billah lahir di daerah Assarah sekitar 43 tahun sebelum hijriah. Pria berpostur tubuh tinggi, kurus, warna tubuhnya hitam, pelipisnya tipis dan berambut lebat ini dihadapan Rasulullah saw ia meng-ikrar kan ciri masuk Islam hingga akhirnya Abu Bakar memerdekakan dirinya. Saat Rasulullah hijrah ke Madinah Bilal turut serta, ketika Masjid Nabawi selesai dibangun Rasulullah mengisyaratkan adzan, Rasulullah saw kemudian menunjuk Bilal untuk mengumandangkan adzan karena dia memiliki suara merdu, lalu Bilal mengumandangkan adzan dan menjadi Muadzin pertama dalam sejarah Islam.
Biasanya setelah mengumandangkan adzan Bilal berdiri didepan pintu rumah Rasulullah dan berseru “Hayya ‘Alassholati Hayya ‘Alal Falati” yang berarti “mari melaksanakan shalat mari meraih keberuntungan” dan ketika Rasulullah keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau Bilal segera melantunkan iqamah. Selain itu ketika Rasulullah menaklukan kota Mekah beliau berjalan didepan pasukan muslim bersama Bilal, Bilal pula lah yang ditunjuk Nabi untuk mengumandangkan adzan diatas Ka’bah sebelum menunaikan shalat dzuhur, adzan itupun menjadi adzan yang pertama dikumandangkan di Mekah. Bilali menjadi Muadzin selama Rasulullah hidup begitupun ketika Rasulullah wafat.
Saat jasad Rasulullah masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan ia pula yang mengumandangkannya, namun kali ini suasananya berbeda, ketika Bilal sampai pada kalimat “Assyhadu Anna Muhammadan rasulullah” tiba-tiba suaranya terhenti, ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi dan tak kuasa menahan tangis.
Kita sangat memahami bahwa adzan adalah panggilan suci umat islam untuk melaksanakan kewajiban shalat mereka, apa jadinya ketika adzan dilarang dikumandangkan. Department Muakaf Islam di Hebrom mengecam tindakan otoritas penjajahan Zionis Israel yang melarang kumandang adzan di masjid Ibrahimi. Isreal tercatat melarang adzan sebanyak 50X selama bulan juli, dalam pernyataannya Department Muakaf Islam meminta lembaga-lembaga HAM segera turun tangan untuk menghentikan aksi-aksi penodaan agama yang dipraktekan pemerintah penjajahan Zionis Isreal di masjid Ibrahimi di kota Hebron wilayah selatan Turki barat, larangan adzan ini dilakukan Zionis Israel karena mengganggu pemukim Zionis. Asstagfirullah.
0 comments:
Post a Comment